Comrade aworo.pic |
Surat tak sempurnah ini saya siratkan kepada
semua kawan-kawan yang masih bersandarkan kepada keberan yang mengundang, dan
menguntungkan hal kepribadian saja. Mencari jalan keselamatan untuk pribadinya.
Seakan di dunia ini tanpa ‘aku’ yang lain, selain saya.
Di dunia ini, mati dan hidup adalah bukan
misteri sekalipun hal nyata yang tak mungkin bisa kita pastikan. Namun setelah
kita di lahirkan, kemudian pun sedang mengejar yang namanya kematian. Kematian
pun sedang menjemput kita. Hidup dan mati adalah sekali. Kita tidak tahu
setelah mati akan kemana? Dan setelah mati apa yang kita akan lakukan? Atau adakah
kehidupan baru disana? Atau kita masih melakukan sisah rencana kerja perjuangan
kita setelah meninggal?
Manusia yang rapuk tak dapat nyatakan jawaban
yang pasti. Yang pasti adalah hidup kita hari ini. Hidup kita ini nyata, kawan.
Jangan kau berpura-pura ingin putar waktu yang lama dan ingin mengulangi
kejadian yang sama. Hidup kita ini nyata. Kau dan kita harus sadari bahwa hari
ini teknologi moderen tak memihak kepada kita dan mereka. Tak memihak juga
kepada baik, buruk, rusak, miskin, kaya, dan sebagainya. Dalam nilai fungsinya
sama. Nilai tukarlah yang menjadi basis problem.
Hidup kita hari ini digantungkan kepada sebuah
kertas yang tertulis berapa jumlah angka. Hari ini, manusia di negeri tercinta
ini tak lagi memandang tanah dan air sebagai sumber kehidupan. Tanah dan air
kini telah beruba menjadi uang. Seakan uang adalah sumber hidup atau mati? Itu
akibatnya, sumber kehidupan hari ini di gadaikan dengan iklan-iklan kapitalis.
Waktu tak bisa samakan dengan nilai uang.
waktu adalah waktu itu sendiri. Waktu juga tidak bisa di gantikan posisinya
uang. Begitu pula sebaliknya. Kita di sadarkan dengan slogan waktu adalah uang,
atau waktu adalah emas. Itu kampanye gurita untuk menguras tenaga, fikiran, dan
mengorbankan semua untuk Uang.
Dampaknya rasa sosialisnya semakin berkurang. Saya
akan jadi hamba-hamba gurita tadi. Tak terhitung seberapa tenaga, pengorbanan
yang kita persembahkan. Hal itu tak ada nilainya bagi sang gurita. Kita akan
rasa puas, cukup, kenyang, rasa hormat dengan apa yang di berikan oleh Tuan
tadi. Apa pun sekurang-kurang porsinya tak sama dengan waktu, tenaga dan
pengorbanan kita kepadanya, Barang kali hal Rezeki yang berikan atas nama
Ketuhanan. Mari, syukuri. Yah, wajar saja hal tak terpungkiri itu.
Pandang sebelah mata dari pentuk perahu
perjuangan adalah muncul dari nasionalisme yang tak tajam. Dan kadang juga
dangkalnya pemahaman ideologis. Maka ideologis itu perlu di jiwai dalam setiap
induvidu dan gerakan tentunya. Akibatnya secara induvidu akan membawa dampak
yang fatal kedalam sebuah perahu tadi. Dan secara induvidu terlepas dari perahu
bersama, dampak akan teruji di derasnya perubahan hidup-nyata ini. apakah akan
terbawa arus pada perubahan yang ada, dan sedang berlangsung, atau beranikah ia
terbawa dalam deras yang ai ciptakan?
Diatas perdebatan yang panjang setelah
renungkang hal tentang hidup saya, ada
yang sangka tentang hidup ini bahwa sebuah pilihan? Tak selalu. Hidup
itu tantangan, dan juga pilihan. Sepakat bila pilihan perjuangan kita dengan
cara kita masing-masing atau bersatu, tampung idealnya dalam satu kantong lalu berdialektik. Adalah dua
fokus proses perjuangan yang hakikatnya satu, pencapaian yang satu yakni
merdeka. Tetapi perlu di kerucutkan bahwa merdeka secara hakiki menurut dua
titik fokus adalah dua pencapaian yang beda. Maka perlu di pertarukan dalam
sebuah gelas berisi partikel lalu Mixkan, yakni apa bentuk aslinya secara
dialektik dari materialnya.
Coretan dasarnya tra Jelas ini
mengangkat kesimpulan bahwa untuk apa saya ada di arena ini? hidup ini sekali.
Dan mati pun sekali. Nasip anak-cucu kita berdua akan di gantungkan kepada
siapa? Sebab Bangsa lain datang dengan model kontrak sodara. Ko stop sudah deng
budaya meminta dan tuntunan dari hal yang tra
nyata. Amunisi ini nyata. Pada posisi sasarannya, amunisi akan merobek
jantungmu. kecuali mimpi basah di malam hari ini.
Manusia asal Papua tinggal di Jakarta. Condet, 10 Maret 2016
oleh; Admin
0 komentar:
Posting Komentar