Surat Kepada Kawan

Comrade aworo.pic
Izinkan surat ini mengutuk roh-roh gurita yang sedang gentayangan di dunia kita. Belum lama ini kita di lahirkan di dunia ini oleh ibu kita. Dan dalam waktu yang sesingkat-singkat mungkin, saat ini ada pada seusia kita hari ini. Rasanya hari tak seberapa lama. Tahun tak seberapa waktu. Kini 365 hari adalah musim dingin di Inggris. Dahulu, musim dingin datang dalam waktu seminggu-sebulan.


Surat tak sempurnah ini saya siratkan kepada semua kawan-kawan yang masih bersandarkan kepada keberan yang mengundang, dan menguntungkan hal kepribadian saja. Mencari jalan keselamatan untuk pribadinya. Seakan di dunia ini tanpa ‘aku’ yang lain, selain saya. 

Di dunia ini, mati dan hidup adalah bukan misteri sekalipun hal nyata yang tak mungkin bisa kita pastikan. Namun setelah kita di lahirkan, kemudian pun sedang mengejar yang namanya kematian. Kematian pun sedang menjemput kita. Hidup dan mati adalah sekali. Kita tidak tahu setelah mati akan kemana? Dan setelah mati apa yang kita akan lakukan? Atau adakah kehidupan baru disana? Atau kita masih melakukan sisah rencana kerja perjuangan kita setelah meninggal? 

Manusia yang rapuk tak dapat nyatakan jawaban yang pasti. Yang pasti adalah hidup kita hari ini. Hidup kita ini nyata, kawan. Jangan kau berpura-pura ingin putar waktu yang lama dan ingin mengulangi kejadian yang sama. Hidup kita ini nyata. Kau dan kita harus sadari bahwa hari ini teknologi moderen tak memihak kepada kita dan mereka. Tak memihak juga kepada baik, buruk, rusak, miskin, kaya, dan sebagainya. Dalam nilai fungsinya sama. Nilai tukarlah yang menjadi basis problem

Hidup kita hari ini digantungkan kepada sebuah kertas yang tertulis berapa jumlah angka. Hari ini, manusia di negeri tercinta ini tak lagi memandang tanah dan air sebagai sumber kehidupan. Tanah dan air kini telah beruba menjadi uang. Seakan uang adalah sumber hidup atau mati? Itu akibatnya, sumber kehidupan hari ini di gadaikan dengan iklan-iklan kapitalis. 

Waktu tak bisa samakan dengan nilai uang. waktu adalah waktu itu sendiri. Waktu juga tidak bisa di gantikan posisinya uang. Begitu pula sebaliknya. Kita di sadarkan dengan slogan waktu adalah uang, atau waktu adalah emas. Itu kampanye gurita untuk menguras tenaga, fikiran, dan mengorbankan semua untuk Uang.
Dampaknya rasa sosialisnya semakin berkurang. Saya akan jadi hamba-hamba gurita tadi. Tak terhitung seberapa tenaga, pengorbanan yang kita persembahkan. Hal itu tak ada nilainya bagi sang gurita. Kita akan rasa puas, cukup, kenyang, rasa hormat dengan apa yang di berikan oleh Tuan tadi. Apa pun sekurang-kurang porsinya tak sama dengan waktu, tenaga dan pengorbanan kita kepadanya, Barang kali hal Rezeki yang berikan atas nama Ketuhanan. Mari, syukuri. Yah, wajar saja hal tak terpungkiri itu. 

Pandang sebelah mata dari pentuk perahu perjuangan adalah muncul dari nasionalisme yang tak tajam. Dan kadang juga dangkalnya pemahaman ideologis. Maka ideologis itu perlu di jiwai dalam setiap induvidu dan gerakan tentunya. Akibatnya secara induvidu akan membawa dampak yang fatal kedalam sebuah perahu tadi. Dan secara induvidu terlepas dari perahu bersama, dampak akan teruji di derasnya perubahan hidup-nyata ini. apakah akan terbawa arus pada perubahan yang ada, dan sedang berlangsung, atau beranikah ia terbawa dalam deras yang ai ciptakan? 

Diatas perdebatan yang panjang setelah renungkang hal tentang hidup saya, ada  yang sangka tentang hidup ini bahwa sebuah pilihan? Tak selalu. Hidup itu tantangan, dan juga pilihan. Sepakat bila pilihan perjuangan kita dengan cara kita masing-masing atau bersatu, tampung idealnya dalam satu kantong lalu berdialektik. Adalah dua fokus proses perjuangan yang hakikatnya satu, pencapaian yang satu yakni merdeka. Tetapi perlu di kerucutkan bahwa merdeka secara hakiki menurut dua titik fokus adalah dua pencapaian yang beda. Maka perlu di pertarukan dalam sebuah gelas berisi partikel lalu Mixkan, yakni apa bentuk aslinya secara dialektik dari materialnya. 

Coretan dasarnya tra Jelas ini mengangkat kesimpulan bahwa untuk apa saya ada di arena ini? hidup ini sekali. Dan mati pun sekali. Nasip anak-cucu kita berdua akan di gantungkan kepada siapa? Sebab Bangsa lain datang dengan model kontrak sodara. Ko stop sudah deng budaya meminta dan tuntunan dari hal yang tra nyata. Amunisi ini nyata. Pada posisi sasarannya, amunisi akan merobek jantungmu. kecuali mimpi basah di malam hari ini. 

Manusia asal Papua tinggal di Jakarta. Condet, 10 Maret 2016 
oleh; Admin
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar